Senin, 08 Maret 2010

PASOEPATI no anarki

Sepuluh tahun yang lalu pasoepati pernah memerahkan stadion tambaksari surabaya saat mendukung pelita solo. Gegap gempita nyanyian sekitar 3 ribuan pasoepati begitu menggema di seluruh penjuru stadion. Tambaksari. Kala itu sambutan penonton di surabaya tidaklah istimewa, pertandingan persebaya melawan pelita solo berakhir imbang namun tetap saja membuahkan lemparan dari bonek di stadion maupun saat pulang menggunakan kereta api.
Pasoepati pulang ke solo dengan sejuta kenangan saat itu. Lantas apakah pasoepati membalas perlakuan bonek saat mereka datang ke solo? Jawabanya tentu saja tidak. Bahkan pasoepati dengan berbesar hati menerima kehadiran bonek di stadion manahan dengan tangan terbuka dan jaminan keamanan.
Seklumit cerita diatas bukan untuk mengupas tabiat buruk bonek, namun untuk mengingat betapa dulu pasoepati begitu kreatif dan santun meskipun di lempari dan di caci namun tidak berusaha membalasnya dengan anarki.
Virus suporter cinta damai saat itu benar-benar menjadi daya tarik media untuk selalu membahasnya dan menjadi magnet pecinta bola di solo untuk selalu hadir ke Stadion manahan.
Stop provokasi
Di usia yang sudah sepuluh tahun ini, mungkin para pendiri pasoepati (mayor haristanto, maeda danes, suwarmin dan para pendiri yang lain) akan malu dengan kondisi pasoepati yang mengalami kemunduran kreatifitas dan lebih mudah terprovokasi.
Lebih banyak nyanyian rasis di stadion daripada nyanyian yang membakar semangat pemain. Umpatan kepada suporter lawan lebih sering di nyanyikan dengan keras di bandingkan ajakan untuk menjadi suporter santun dan menyebarkan virus cinta damai pasoepati.
Bukan hal yang salah jika kita membalas saat kita di serang suporter lain. Kita harus membuktikan bahwa pasoepati juga berani ketika harga diri di injak-injak suporter lain.
Namun kita semua harus ingat bahwa slogan solo berbudaya dan sopan harus tetap di hati pasoepati. Budaya warga solo yang santun harus menjadi ciri khas pasoepati
Pasoepati nyawa Persis Solo
Kita tentu masih ingat kejadian kembang api meluncur ke dalam lapangan yang mengakibatkan sangsi dari komisi disiplin PSSI untuk Persis Solo. Saat kondisi keuangan Persis Solo yang sedang sekarat tetapi harus menerima hukuman karena ulah beberapa oknum pasoepati yang belum dewasa.
Kita semua juga tentu sadar bahwa Musim ini Persis Solo tidak menggunakan APBD dan hanya mengandalkan Pasoepati sebagai sumber keuangan tim. Ibaratnya saat ini Pasoepati menjadi nyawa bagi persis solo.
Bagaimanakah nasib persis solo jika nyawanya berbuat anarki??? Tentu saja hukuman dari PSSI sudah menanti, denda 250 juta untuk nyanyian rasis kepada suporter lain. pihak kepolisian juga akan sulit mengeluarkan ijin pertandingan dengan penonton karena takut terjadi kerusuhan.
Siapakah yang rugi? Tentu saja Persis Solo yang akan menerima hukuman jika pasoepati berbuat anarki. Jika kita cinta persis solo, mari kita hilanglan tindakan yang bisa merugikan Persis Solo.